Bagi setiap dokter, sumpah profesi adalah landasan yang suci, janji untuk selalu mengutamakan kesehatan dan keselamatan pasien di atas segalanya. Namun, realitas di lapangan seringkali jauh lebih kompleks, dipenuhi berbagai tantangan mulai dari sistem yang belum sempurna hingga tekanan ekonomi. Di tengah dilema ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berdiri sebagai kekuatan sentral, berusaha menjembatani idealisme sumpah profesi dengan kerasnya realitas lapangan.
Sumpah Profesi: Ideal yang Menuntun
Sumpah Hippokrates atau sumpah dokter modern adalah komitmen seumur hidup terhadap etika, integritas, dan pengabdian. Dokter berjanji untuk:
- Mengutamakan kepentingan pasien: Pasien adalah prioritas utama, tanpa memandang suku, agama, ras, atau status sosial.
- Menjaga kerahasiaan medis: Informasi pasien adalah rahasia yang wajib dijaga.
- Terus belajar dan mengembangkan diri: Ilmu kedokteran terus berkembang, dan dokter wajib mengikutinya.
- Menjaga kehormatan profesi: Menjaga martabat dan perilaku yang sesuai dengan standar etika.
Ideal-ideal ini membentuk fondasi moral setiap praktik kedokteran, menuntun para dokter dalam setiap keputusan klinis dan interaksi dengan pasien.
Realitas Lapangan: Ujian bagi Idealism
Namun, begitu melangkah ke lapangan, dokter dihadapkan pada realitas yang seringkali menguji kekuatan sumpah profesi mereka:
- Beban Kerja Berat dan Keterbatasan Sumber Daya: Terutama di fasilitas kesehatan publik atau daerah terpencil, dokter seringkali menghadapi jumlah pasien yang membludak, kekurangan tenaga medis pendukung, serta keterbatasan alat dan obat. Ini bisa memengaruhi kualitas layanan dan memicu burnout.
- Tekanan Ekonomi: Kesejahteraan dokter, terutama dokter muda atau yang baru memulai praktik, seringkali menjadi isu. Tekanan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat memunculkan dilema etis, misalnya terkait indikasi tindakan medis atau penggunaan obat tertentu.
- Sistem Jaminan Kesehatan: Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) membawa aksesibilitas yang lebih luas, tetapi juga tantangan baru seperti rasionalisasi biaya, batasan pelayanan, dan birokrasi yang rumit, yang bisa menghambat dokter dalam memberikan pelayanan optimal.
- Tuntutan Hukum dan Risiko Malapraktik: Dokter berisiko menghadapi tuntutan hukum atas dugaan malapraktik, bahkan jika mereka telah berusaha memberikan yang terbaik. Ancaman ini dapat menciptakan rasa takut dan memengaruhi keputusan klinis.
- Distribusi Tidak Merata: Kesenjangan akses layanan kesehatan antara kota dan daerah terpencil memaksa banyak dokter untuk memilih praktik di perkotaan, meninggalkan daerah yang lebih membutuhkan.
Kekuatan IDI: Jembatan Antara Sumpah dan Realitas
Di sinilah kekuatan IDI menjadi krusial. IDI berfungsi sebagai jembatan yang mencoba menghubungkan idealisme sumpah profesi dengan realitas lapangan yang penuh tantangan:
- Advokasi Kesejahteraan dan Perlindungan: IDI aktif memperjuangkan hak-hak dokter, termasuk remunerasi yang layak dan perlindungan hukum, sehingga dokter dapat berpraktik dengan tenang dan fokus pada pasien tanpa kekhawatiran berlebihan.
- Penegakan Etika dan Disiplin: Meskipun dokter menghadapi tekanan, IDI melalui MKEK tetap menjadi benteng terakhir untuk menjaga etika. Ini memastikan bahwa meskipun realitas sulit, standar moral profesi tetap terjaga.
- Penyusunan Pedoman Praktik: IDI dan kolegium terkait terus menyusun pedoman praktik klinis yang membantu dokter menavigasi kompleksitas kasus di lapangan, memastikan keputusan medis didasarkan pada bukti ilmiah.
- Mengadvokasi Perbaikan Sistem: IDI secara proaktif memberikan masukan kepada pemerintah untuk perbaikan sistem kesehatan, termasuk JKN, distribusi dokter, dan ketersediaan fasilitas, agar realitas lapangan lebih kondusif bagi dokter untuk menjalankan sumpah profesinya.
Dilema antara sumpah profesi dan realitas lapangan adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan seorang dokter. Kekuatan IDI terletak pada kemampuannya untuk mendukung, melindungi, dan membimbing para dokter agar dapat terus berpegang teguh pada sumpah mereka, sekalipun di tengah badai tantangan yang tak terhindarkan.